top of page
Search

Kader A.S.I.K Sebuah Prototipe Penanganan Putus Sekolah dengan Metode Partisipatif di Mamuju

“Jangan moko sekolah adami presiden, pergi moko kerja tidak ada beras di dapur” (tidak usah sekolah sudah ada presiden, lebih baik bekerja karena tidak ada beras di dapur) adalah ungkapan nelayan yang sering dilontarkan berkaitan dengan alasan mengapa mereka tidak sepenuhnya mendukung anak mereka sekolah.

Gambar 1. Kader A.S.I.K bersama tim Macanga Institute mendampingi pembuatan peta mimpi anak putus sekolah di Dusun Malolo


Putus sekolah telah menjadi salah satu tantangan pembangunan di Sulawesi Barat sejak lama. Di tahun 2022 sendiri angka putus sekolah telah mencatat 12611 kasus di provinsi ini. Pada tahun 2021, Kabupaten Mamuju sebagai ibukota provinsi saja mencatat 11150 anak tidak sekolah dengan rincian 4154 anak putus sekolah di tingkat sekolah dasar, 2041 di tingkat SMP dan 1371 di tingkat SMA ditambah mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali 3584 anak (Bappeda Kabupaten Mamuju). Rendahnya tingkat pendidikan telah berdampak cukup serius pada kualitas sumberdaya manusia di provinsi Sulawesi Barat, Indeks Pembangunan Manusia provinsi ini berada pada posisi 31 dari 34 provinsi di tahun 2021 menunjukkan profil pembangunan manusia di daerah ini cukup tertinggal dari daerah lain di Indonesia. Pernikahan anak dan kasus stunting adalah dua tantangan serius yang juga tidak terlepas dari rendahnya partisipasi anak di bangku pendidikan.


Sepanjang tahun 2022 hingga 2023 Macanga Institute mengembangkan sebuah prototipe program untuk pencegahan dan penanganan putus sekolah di Desa Kalukku Barat yangkreatif dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal. Proyek ini didanai oleh Pemerintah Australia melalui skema pendanaan Australian Alumni Grant Scheme (Skema Hibah Alumni Australia) dan dikelola oleh Australia Awards in Indonesia. Alumni Grant Scheme disingkat AGS adalah sebuah program pendanaan yang secara kompetitif diberikan kepada alumni yang pernah studi di Australia untuk melaksanakan proyek-proyek inovatif yang berkontribusi pada bidang profesional, organisasi, dan komunitas. Macanga Institute sendiri berhasil mendapatkan dukungan pendanaan ini melalui Victor Matanggaran yang juga merupakan bagian dari Australia Global Alumni.

Gambar 2. Capacity Building Kader A.S.I.K


Proyek ini dipimpin langsung oleh Victor Matanggaran yang juga merupakan direktur eksekutif Macanga Institute dengan menggandeng tim peneliti yang terlatih dan memiliki pengalaman dalam berbagai bidang professional untuk mencoba memahami tantangan putus sekolah dari berbagai perspektif. Tim peneliti dan fasilitator yang terlibat datang dari berbagai latar belakang termasuk dokter umum dan tenaga kesehatan professional (Tirza Yustianah dan Arlin Tiku), entrepreneur dan staf Bappeda Kabupaten Mamuju (Laode Ferial Gufran), entrepreneur dan ahli IT (Khalid Fadhullah), praktisi pengembangan masyarakat (Zul Fadli), dan Ilmuwan Psikologi (Victor Matanggaran). Pelibatan berbagai latar belakang dalam project ini memperkaya pemahaman dan pilihan intervensi yang lebih efektif di masyarakat.


Program prototipe yang dikembangkan Macanga Institute menggunakan metode Co-Design atau pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal mulai dari penelitian masalah hingga mendesain program. Desain program dirumuskan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat dusun Malolo Desa Kalukku Barat sebagai tempat dilaksanakan program diantaranya bapak-bapak nelayan, ibu-ibu istri nelayan, pemuda desa, dan berbagai unsur lain termasuk sekolah, pemerintah dusun dan lain-lain. Perspektif dari penduduk yang mayoritas berprofesi nelayan dijadikan sebagai sumber informasi dalam memahami dan menjawab masalah putus sekolah di daerah ini. Setelah melalui serangkaian diskusi dengan masyarakat dan mengidentifikasi kekuatan dan tantangan yang ada, akhirnya dibentuklah sebuah program bernama Kader A.S.I.K.


Gambar 3. FGD dengan bapak-bapak Nelayan


Kader A.S.I.K adalah sebuah inovasi pencegahan putus sekolah berskala dusun yang memiliki 4 prinsip utama, yaitu Antisipatif, Sinergi, Inklusif, dan Kreatif (ASIK). Tim Kader A.S.I.K terdiri dari 5 kader perempuan yang menjadi penggerak utama dalam program pencegahan dan penanganan anak putus sekolah ini. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya ditengah masyarakat, kader dibekali beberapa kemampuan diantaranya, keterampilan bimbingan konseling, assessment dan identifikasi potensi putus sekolah, psikologi perkembangan anak dan remaja, dan kemampuan lainnya yang telah disesuaikan dengan kebutuhan kader. Peran utama kader di dalam masvarakat diantaranya adalah melakukan assesment dan identifikasi anak-anak beresiko putus sekolah, memfasilitasi bimbingan belajar khusus kepada anak-anak yang memiliki masalah akademik di sekolah, mengadvokasi anak-anak putus sekolah untuk kembali bersekolah di sekolah formal maupun informal, dan melakukan pendekatan kepada orang tua untuk mengupayakan anaknya untuk tetap dapat bersekolah. Kader tidak bekerja sendiri, mereka dilatih untuk membangun kerjasama dengan berbagai pihak untuk berpartisipasi dan memberikan solusi agar setiap anak tidak lagi mengalami putus sekolah.


Gambar 4. Community Consultation dengan Ibu-Ibu


Salah satu kekuatan dari program Kader A.S.I.K ini adalah kedekatan masyarakat dengan kader memudahkan komunikasi persuasif kader untuk meyakinkan orang tua mengembalikan anak-anak mereka ke bangku pendidikan. Berdasarkan pengalaman tim peneliti dan fasilitator lapangan, orang tua di masyarakat nelayan tidak memberikan dukungan kepada anak-anak mereka bersekolah karena persoalan ekonomi (anak ikut bekerja) dan mereka tidak meyakini pendidikan sebagai jalan untuk memberi kesempatan (pekerjaan) kepada anak-anak mereka di masa depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan sebagai nelayan memang tidak mudah dan membutuhkan keberanian maupun keterampilan yang harus dilatih sejak kecil. Seringkali karena anak harus diajak ke laut membuat anak perlahan-lahan berhenti bersekolah. Kader yang merupakan penduduk asli yang telah mengetahui kondisi sosial budaya setempat dapat menyesuaikan pendekatan-pendekatan yang lebih kontekstual, mereka bekerja dengan cara yang berbeda untuk meyakinkan orang tua akan pentingnya pendidikan dari rumah ke rumah.


Kader A.S.I.K banyak mendekati ibu-ibu yang memainkan peran penting di dalam keluarga, khususnya peran ekonomi dan pendidikan anak. Perempuan di masyarakat nelayan memiliki kemampuan literasi yang lebih baik, mereka dapat membaca, berhitung, dan menulis sehingga merekalah yang bertugas menjual ikan hasil tangkapan nelayan dan mengatur keuangan di dalam keluarga. Salah satu faktor yang mendorong putus sekolah juga berkaitan dengan dukungan finansial kepada anak untuk uang jajan anak, transportasi anak, dan perlengkapan sekolah. Sebagian besar keluarga dalam penelitian yang dilakukan ternyata tidak merencanakan pengalokasian dana untuk kebutuhan sekolah. Dengan kader mendekati ibu-ibu istri nelayan dapat memperbesar kemungkinan anak mendapat dukungan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah. Dalam hal keberlanjutan program, pemberdayaan kader dari masyarakat lokal juga membantu memastikan program ini tetap terlaksana dengan dukungan masyarakat setempat secara maksimal dengan rasa kepemilikan kepada program yang besar.


Gambar 5. dr. Tirza selaku tim fasilitator Macanga Institute memberikan obat kepada salah satu Kader A.S.I.K untuk diberikan kepada beberapa anak putus sekolah yang membuthkan


Sejak November 2022 hingga Maret 2023 melalui program Kader A.S.I.K telah terdapat lebih dari 30 anak yang berhasil kembali ke jalur pendidikan baik formal maupun non-formal. Anak-anak ini berusia di bawah 18 tahun dan tersebar di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. 6 anak secara khusus kembali ke sekolah formal dan sisanya terdaftar di lembaga pendidikan non-formal (PKBM) untuk kejar paket A,B, dan C. Disamping itu, kader dibantu tim Macanga Institute bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan mekanisme pencegahan di masyarakat dan sekolah agar putus sekolah tidak lagi terjadi. formal melainkan juga pendidikan non-formal. Bekerjasama dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Macanga Institute mengembangkan program pembelajaran khusus untuk menyesuaikan kondisi anak-anak nelayan yang bekerja. Proses belajar mengajar dilakukan di dalam kampung nelayan dan menggunakan materi-materi yang relevan dengan kehidupan masyarakat setempat. Kebanyakan dari siswa yang dibantu masih berada pada usia sekolah namun tidak dapat berpartisipasi aktif di sekolah karena bekerja melaut. Dengan pendekatan persuasif dan menawarkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak, membuat anak bersemangat untuk kembali bersekolah.


Kader A.S.I.K adalah sebuah pendekatan baru yang inovatif dan kontekstual yang dapat menjadi salah satu rujukan dalam upaya membantu menyelesaikan persoalan anak tidak sekolah di Sulawesi Barat. Macanga Institute akan mengembangkan dan melanjutkan program ini bekerjasama dengan berbagai pihak di desa-desa lain di Sulawesi Barat agar lebih banyak anak yang tertolong dan memperoleh hak mereka untuk bersekolah.



71 views0 comments
bottom of page